Selasa, 07 Agustus 2012

Pengertian Pemberdayaan Karyawan (employee empowerment)


BAB II   TINJAUAN PUSTAKA

A.    Telaah Pustaka

1.         Pemberdayaan Karyawan (employee empowerment)
a.         Pengertian Pemberdayaan Karyawan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber- yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai kekuatan. Pemberdayaan dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari empowerment. Pemberdayaan berarti memampukan (to enable), memberikan kesempatan (to allow) atau mengizinkan (to permit)  melalui inisiatif sendiri atau yang dipicu oleh orang lain (Mulyadi, 2007).
Pemberdayaan karyawan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan (planning), mengendalikan (controlling) dan membuat keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari manajer diatasnya (Hansen & Mowen 2007). Spreitzer (1995) mendefinisikan pemberdayaan sebagai suatu proses dimana individu mempunyai kekuasaan untuk berpartisipasi secara langsung untuk mengendalikan dan mempengaruhi suatu kejadian yang memiliki efek langsung terhadap kehidupannya. Gibson (1995) mendefinisikan pemberdayaan karyawan (individual empowerment) sebagai pemberian kesempatan dan dorongan kepada para karyawan untuk mendayagunakan bakat, ketrampilan-ketrampilan, sumberdaya-sumberdaya, dan pengalaman-pengalaman mereka untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu. Menurut Carver (1993) dalam Suryana (2009),  pemberdayaan merupakan suatu proses pembentukan lingkungan dan struktur yang baik sehingga seseorang dapat memberikan kontribusi secara penuh melalui keterampilan terbaiknya.
Pemberdayaan karyawan diidentifikasikan dengan banyak karakteristik dalam berbagai literatur. Pemberdayaan sebagai motivasi, komitmen dalam bekerja, inisiatif dan fokus dalam penyelesaian pekerjaan (Block, 1987; Kizilos, 1990; Thomas & Velthouse, 1990) dalam Light (2004) yang lain menambahkan bahwa pemberdayaan karyawan sebagai suatu aset yang berharga bagi organisasi (Quinn & Spreitzer, 1997). Banyak juga yang menyamakan pemberdayaan dengan pelibatan karyawan, seperti yang dikemukan oleh Conger & Kanungo (1988), 


Daftar pustaka

Conger, J. A. Y. A., & Kanungo, N. (1988). Empowerment Process : The Theory and Practice Integrating. The Academy of Management Review, 13(3), 471–482. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/258093
Hansen, D. R., & Mowen, M. M. (2007). Management Accounting. (J. W. Coulhon, Ed.) (8th ed., pp. 5–6). United States of Amerika: Rob Dewey. Retrieved from http://books.google.co.id/books?hl=id&id=K2Nbp7xKXjcC&q=empowerment#v=snippet&q=empowerment&f=false
Light, J. N. (2004). The Relationship aand effect of Employee Involment, Employee Empowerment, And Employee Satisfaction by Job-Type in a Large Manufacturing Enviroment. Business. Capella University.
Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. (M. Budiarti, Ed.) (edisi 3., pp. 135–280). Indonesia: Penerbit Salemba Empat.
Quinn, R. E., & Spreitzer, G. M. (1997). The Road To Empowerment: Seven Question Every Leader Should Consider. Organization Dynamic, 37–49.
Spreitzer, G. M. (1995). psychological empowerment in workplace: dimensions, measurement, and validation. Academy of Management Journal, 38(5), 1442–1465.
Suryana. (2009). Seri Manajemen Sumberdaya Manusia. Bandung, Indonesia: Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

1 komentar: