Selasa, 07 Agustus 2012

Pemberdayaan Karyawan di Rumah Sakit (employee empowerment)




Robert J. Eaton, seorang Chief Executive Officer di Chrysler Corporation  mengatakan ”The only way we can beat the competition is with people”. Sebuah penekanan yang mengindikasikan pentingnya sumber daya manusia yang dimiliki organisasi. Paradigma baru yang mempunyai karakteristik kecepatan, inovasi, putaran yang cepat, kualitas dan kepuasan pelanggan, sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten (Kreitner & Kinicki 2009).
Manusia merupakan pelaku utama organisasi. Tujuan  organisasi adalah untuk kepentingan manusia, akan tetapi masalah utama  organisasi juga terletak pada manusianya. Oleh karenanya sumber daya manusia harus dikelola secara  maksimal (Kaswan, 2012). Manusia  merupakan modal utama dan spesifik  yang dimiliki organisasi yang harus belajar untuk menjadi lebih kreatif, inovatif, dan lebih bertanggungjawab atas tugas yang diemban. Untuk itu organisasi harus memberdayakan (empowerment) sumber daya manusia yang dimiliki (karyawan).
Employee empowerment merupakan pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa harus mendapat otorisasi secara eksplisit dari manajer diatasnya (Mulyadi 2007). Organisasi yang bergerak di bidang barang dan jasa dalam menghadapi era globalisasi, smart technology, dan fokus pada kepuasan konsumen memerlukan pemberdayaan karyawan untuk sukses bersaing di masa depan. Sebuah studi di perusahaan besar menyatakan bahwa pemberdayaan karyawan akan menciptakan produktivitas kerja dan kepuasan karyawan sehingga tercipta keterikatan dan komitmen organisasi yang akan berdampak terhadap kepuasan konsumen dan ketahanan organisasi (Mushipe & Gardens, 2011; Sarwar & Khalid, 2011; Wickisier, 1997)
Perkembangan rumah sakit saat ini mengalami reformasi. Adanya globalisasi ekonomi memperluas persaingan di bidang pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit juga  ikut  bersaing dengan pengobatan tradisional (dukun dan tabib) (Trisnantoro, 2009). Penerapan Badan Layanan Umum di rumah sakit pemerintah memberikan peluang untuk maju dan berdaya saing dengan fleksibilitas dan otonomi pengelolaan (Thabrany, 2005). Adanya regulasi peningkatan mutu pelayanan dengan akreditasi berbasis standar Joint Commision International (JCI) yang berfokus pada keselamatan pasien (pasien safety) yang telah diluncurkan bulan Maret 2012 oleh Menteri Kesehatan semakin meningkatkan tuntutan akan pelayanan yang bermutu (Kars, 2012). Informasi dan telekomunikasi yang mudah di akses juga meningkatkan tuntutan masyarakat akan mutu layanan rumah sakit. Berbagai perubahan itu harus disikapi dengan baik oleh rumah sakit selaku pelaku pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia yang dimiliki rumah sakit juga harus mampu dioptimalkan melalui pemberdayaan karyawan (employee empowerment) sehingga menjadi karyawan yang kreatif, inovatif serta mempunyai kinerja yang tinggi.
            Penelitian pada perawat di kesehatan masyarakat di Taiwan menyatakan bahwa pemberdayaan terkait dengan perilaku inovasi dan produktivitas kerja perawat (Chang & Liu, 2008). Penelitian lain yang dilakukan pada perawat di Malaysia dan Inggris, menemukan bahwa pemberdayaan berpengaruh terhadap kepercayaan organisasi, kepuasan kerja dan komitmen organisasi (Ahmad & Orange, 2010). Pada pemberdayaan perawat di China menunjukan,  hubungan negatif antara pemberdayaan perawat dengan intensitas turnover  (Cai & Zhou, 2009). Dampak pemberdayaan lainnya adalah yang dihasilkan dari studi pada perawat di dua rumah sakit di Italia, yang menunjukkan bahwa pemberdayaan dapat pula mengurangi stres pekerjaan (Lautizi, et al, 2009).
            Penelitian pemberdayaan telah banyak dilakukan di luar negeri, termasuk di pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit. Kebanyakan penelitian dilakukan terhadap perawat, sebagai sumber daya manusia mayoritas di pelayanan kesehatan. Akan tetapi, belum  banyak ditemukan penelitian yang dilakukan pada tenaga pendukung manajerial (struktural). Sumber daya manusia di bagian manajemen (struktural) memegang peranan penting dalam menjalankan sistem pelayanan di rumah sakit. Tenaga manajemen (struktural) mempunyai tugas dan kewenangan yang beragam seperti membuat pereencanaan, merekap dan membuat laporan, mengadakan perlengkapan baik alat tulis maupun perlengkapan kesehatan, mengatur diklat dan pelatihan, dan laporan keuangan maupun pembagian jasa seluruh karyawan serta yang lainnya.

Daftar pustaka

Ahmad, N., & Orange, N. O. (2010). Empowerment , job satisfaction and organizational commitment : a comparative analysis of nurses working in Malaysia and England. Journal of Nursing Management, 18, 582–591. doi:10.1111/j.1365-2834.2010.01093.x
Cai, C., & Zhou, Z. (2009). Structural empowerment , job satisfaction , and turnover intention of Chinese clinical nurses. Nursing and Health Sciences, 11, 397–403. doi:10.1111/j.1442-2018.2009.00470.x
Chang, L., & Liu, C. (2008). Employee empowerment , innovative behavior and job productivity of public health nurses : A cross-sectional questionnaire survey. International Journal of Nursing Studies, 45, 1442–1448. doi:10.1016/j.ijnurstu.2007.12.006
Kars. (2012). Menkes Meluncurkan Akreditasi RS 2012 Dan e- Accreditation. Indonesia. Retrieved from http://www.kars.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=91:menkes-meluncurkan-akreditasi-rs-2012-dan-e-accreditation-&catid=471:berita
Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk keunggulan bersaing organisasi (edisi pert.). Indonesia: Graha ilmu.
Kreitner, R., & Kinicki, A. (2009). Organizational Behaviour (seventh ed., p. 704 hal). arizona state university: McGraw-Hill/ Irwin.
Lautizi, M., Laschinger, H. K. S., & Ravazzolo, S. (2009). Workplace empowerment, job satisfaction and job stress among Italian mental health nurses: an exploratory study. Journal of nursing management, 17(4), 446–52. doi:10.1111/j.1365-2834.2009.00984.x
Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. (M. Budiarti, Ed.) (edisi 3., pp. 135–280). Indonesia: Penerbit Salemba Empat.
Mushipe, Z. J., & Gardens, M. (2011). Employee Empowerment and Job Satisfaction : A Study of the Employees in the Food Manufacturing Sector in Zimbabwe realized organizational benefits from their empowerment initiatives . Contextualization of employee involvement In this study employee involv. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 3(8), 18–42.
Sarwar, A., & Khalid, A. (2011). Impact of Employee Empowerment on Employee ’ s Job Satisfaction and Commitment with the Organization. interdiscliplinary journal of contemporary research in business, 3(2), 664–684.
Thabrany, H. (2005). Rumah Sakit Publik Bebentuk BLU : Bentuk Paling Pas. jurnal MARSI, 0–19.
Trisnantoro, L. (2009). Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumahsakit (edisi ke-4.). Yoyakarta, Indonesia: Gadjah Mada University Press.
Wickisier, E. L. (1997). The paradox of empowerment - a case study. Empowerment in organization, 5(4), 213–219. Retrieved from http://dx.doi.org/10.1108/14634449710195480

Tidak ada komentar:

Posting Komentar